Berdasarkan
usianya, organisasi kesehatan dunia ( WHO ) mengelompokkan usia lanjut menjadi
4 macam, meliputi :
- usia
pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
- usia
lanjut (elderly), kelompok usia antara 60-70 tahun.
- usia
lanjut usia (old), kelompok usia antara 75-90 tahun
- usia tua
(very old), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun
batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan usia namun perubahan-perubahan
akibat dari usia tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada
aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual,
perubahan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan
belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan
emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang
terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya :
- tidak
percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
- mengubah
keterangan yang diberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
- menolak
membicarakan perawatannya di rumah sakit
- menolak
ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikutsertakan dirinya.
- menolak
nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
Pendekatan
Perawatan Lansia dalam Konteks Komunikasi
Pendekatan
fisik
Mencari
informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang dialami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang bisa dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicari solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
Pendekatan
psikologis
Karena
pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah rahsia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
Pendekatan
sosial
Pendekatan
ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan
ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan
petugas kesehatan.
Pendekatan
spiritual
Perawat
harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama
yang dianutnya terutama bagi klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Pendekatan spiritual ini cukup efektif terutapa bagi klien yang mempunyai
kesadaran yang tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
Teknik
Komunikasi pada Lansia
Untuk dapat
melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunya tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dpat berlangsung
lancar dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Beberapa
tehnik komunikasi yang dapat diterapkan anatara lain :
1. Tehnik
Asertif
Asertif
adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan
pelaksanaan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas
kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi
petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan mengajukan pertanyaan,
"Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu
?". Berespon berarti bersikap aktif, tidak menunggu bantuan dari klien.
Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi
klien.
3. Fokus
Sikap ini
merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-pernyataan diluar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini
perlu diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin
tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan
4. Supportif
Perubahan
yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perlu disikapi
dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi
beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk
mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara
moril maupun materil, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau
mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat
atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya
: "Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami
yakin Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap
membantu".
5.
Klarifikasi
Dengan
berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh klien.
"Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi ? bisa minta tolong
Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi?"
6. Sabar dan
Ikhlas
Seperti
diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan. Perubahan ini bila tidak
disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terpeutik, solutif, namun
dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
Hambatan
Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses
komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikap non asertif
1. Agresif
Sikap
agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah
ini :
- berusaha
mengontrol dan mendominasi orang lain (lawanbicara)
- meremehkan
orang lain
-
mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
-
menonjolkan diri sendiri
-
mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun tindakan
2. Non
Asertif
Tanda-tanda
dari sikap non asertif ini adalah :
- menarik
diri bila diajak berbicara
- merasa
tidak sebaik orang lain atau rendah diri
- merasa
tidak berdaya
- tidak
berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan
orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- tampil
diam atau pasif
- mengikuti
kehendak orang lain
-
mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga ghubungan baik dengan orang lain
Adanya
hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai tenaga profesional
kesehatan, perawat dituntut mampu mengatasi keadaan tersebut, untuk itu perlu
adanya tehnik atai tips-tips tertentu yang perlu diperhatikan agar komunikasi
dapat berlangsung efektif, antara lain :
- selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien
- keraskan suara anda jika perlu
- dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga dia dapat melihat mulut anda
- atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditori. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
- ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
- jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
- berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
- bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
- serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika melaporkan hasil tes yang diingingkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan ( misalnya dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya )
- ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
- berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
- biarkan dia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan keinginan anda untuk menyelesaikan kalimat
- jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya
- arahkan kesuatu topik pada suatu saat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar